Kamu harus Waspada!!
8 Kebiasaan Buruk yang Sering Diabaikan oleh Pekerja
Di era yang serba cepat ini, tuntutan pekerjaan semakin tinggi. Tak jarang, pekerja dituntut untuk bekerja lembur, menyelesaikan banyak tugas dalam waktu singkat, dan menghadapi target yang ambisius. Hal ini dapat memicu stres dan kelelahan, sehingga tanpa disadari, beberapa kebiasaan buruk pun muncul.
Kebiasaan buruk ini, meskipun terlihat sepele, dapat berdampak negatif pada kesehatan, performa kerja, dan bahkan keselamatan kerja. Berikut adalah 8 kebiasaan buruk yang sering diabaikan oleh pekerja:
1 . Menunda Makan Dan Istirahat
Kebiasaan buruk yang pertama yang harus kamu hindari saat bekerja adalah menunda makan dan juga istirahat, kebiasaan ini seringkali dilakukan orang-orang saat bekerja yaitu mereka menyepelekan tentang makanan hingga akhirnya mereka lupa dan tidak makan sama sekali. Biasanya kebiasaan ini terjadi ketika kamu merasa tangguh pada pekerjaan yang sedang dikerjakan. oleh karena itu, biasanya kamu seringkali menunda makan serta istirahat. Akan tetapi lama-kelamaan kebiasaan ini tentunya akan menjadi salah satu bumerang bagi kamu baik itu akan menurunkan performa kamu dan juga sewaktu-waktu tubuhmu akan sakit karena tidak mampu menanggung beban pekerjaan, selain itu ada berbagai penyakit yang akan timbul ketika kamu melakukan kebiasaan ini secara terus-menerus.
2. Memaksakan Diri Kerja Lembur
Salah satu contoh kebiasaan buruk yang melemahkan kreativitas ialah dengan memaksakan diri untuk kerja lembur, memang benar bahwa salah satu faktor kesuksesan dalam bekerja adalah kerja keras akan tetapi ketika kamu memaksakan diri untuk bekerja lembur meskipun kondisi badan kamu tidak sehat tentunya akan membahayakan untuk harimu ke depan. Bukannya kamu sukses dalam berkarir malah tubuh dan hidupmu akan hancur ketika dipaksa terus-terusan untuk kerja lembur, untuk efeknya sendiri mungkin tidak akan langsung terasa akan tetapi lama-kelamaan tubuhmu akan merasakan efeknya mulai dari kekurangan waktu tidur serta tubuhmu akan kelelahan hingga jatuh sakit.
3. Mengeluh Soal Pekerjaan Di Sosial Media
Mungkin bagi sebagian orang dengan mengeluh di sosial media bisa menjadi salah satu untuk meringankan beban pikiran mereka contohnya seperti mengeluh tentang pekerjaan pada postingan sosial media. Akan tetapi jika sampai hal ini dijadikan kebiasaan setiap harinya maka tentu saja akan ada efek jangka panjang yang akan kamu terima bahkan bisa saja membahayakan pekerjaan serta karirmu di perusahaan, bisa saja suatu saat keluhanmu mengenai pekerjaan di sosial media akan diketahui oleh atasan dan dianggap menjadi salah satu bentuk pencemaran nama baik perusahaan, oleh karena itu bagi kamu yang sering melakukan kebiasaan ini ada baiknya jangan diteruskan karena hal ini akan berbahaya untuk karirmu ke depan.
4. Pemakaian alat kerja yang salah
Kesalahan ini juga sering terjadi di tempat kerja. Karyawan suka menggunakan alat yang tidak seharusnya digunakan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Akibatnya, potensi bahaya pun bisa muncul. Hal ini bisa dihindari jika karyawan tidak memaksakan diri untuk menggunakan alat yang salah. Selain itu, juga termasuk kesalahan kerja, jika karyawan menggunakan peralatan yang benar tapi cara penggunaannya yang keliru. Karena itulah, karyawan harus sudah dipastikan tahu benar bagaimana cara mengoperasikan peralatan yang dibutuhkan. Dengan begitu, pekerjaan dapat berlangsung dengan benar. Bukan itu saja, untuk memastikan lingkungan kerja yang lebih aman, perusahaan wajib melakukan pengawasan agar peralatan kerja yang dipakai sesuai dengan jenis pekerjaan, peralatan itu dirawat dengan baik untuk memastikan keamanan saat digunakan, dan pastikan juga karyawan yang menggunakan peralatan tersebut memang terlatih.
5. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan
Efisiensi dan efektivitas terkadang dijadikan alasan pekerja untuk melakukan pekerjaannya dengan terburu-buru. Padahal hal ini bisa membuat pekerja tersebut melakukan kesalahan yang nantinya akan membahayakan dirinya sendiri. Terlebih jika pekerjaan itu memerlukan konsentrasi tinggi, bekerja dengan terburu-buru hanya akan mengurangi konsentrasi pekerja dan berpotensi menyebabkan kecelakaan. Melakukan short cut tanpa mempertimbangkan faktor keselamatan juga bisa meningkatkan terjadinya kecelakaan.
6. Membiarkan kecelakaan kerja yang terjadi dan tidak melaporkannya kepada atasan
Ada saja pekerja yang enggan atau dilema untuk melaporkan setiap kecelakaan kerja yang telah terjadi di perusahaannya. Alhasil, banyak sekali kasus kecelakaan kerja yang tidak muncul ke permukaan dan terbiarkan menjadi rahasia atau tim tersebut. Dilema melaporkan kecelakaan kerja biasanya disebabkan karena masih banyak pekerja yang berasumsi bahwa kecelakaan kerja dapat berpengaruh terhadap performa pada individu yang mengalami insiden tersebut atau pada departemen dari individu tersebut. Padahal dalam setiap kecelakaan atau potensi kecelakaan yang muncul, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja karena bisa menimbulkan masalah yang lebih besar di masa mendatang. Setiap pekerja wajib melaporkan kecelakaan kerja, near miss, atau penyakit akibat kerja (PAK) kepada atasannya. Dengan begitu, atasan Anda bersama tim akan melakukan investigasi dan melakukan perbaikan agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang kembali. Tindakan pencegahan inilah yang diperlukan untuk meminimalkan angka kecelakaan kerja.
7. Kebiasaan menerka atau mengira-ngira terhadap kondisi kerja atau lingkungan
Kebiasaan berasumsi atau terlalu percaya diri (over-confident), mungkin masih sering dilakukan kebanyakan pekerja. Berasumsi atau mengira-ngira bahwa kondisi kerja sudah aman dan tidak akan terjadi masalah, sehingga tidak diharuskan bertindak apapun adalah perilaku yang keliru dan tidak tepat. Menerka-nerka atau merasa diri akan selalu aman saat bekerja hanya akan membuat kamu celaka. Perilaku pekerja yang suka berasumsi atau mengira-ngira memang disebabkan banyak faktor, di antaranya pengalaman pekerja, pelatihan pekerja, tingkat pendidikan, serta budaya di tempat kerja. Hindari berasumsi atau mengira-ngira, pastikan kondisi lingkungan dan prosedur kerja benar-benar aman dengan rutin memeriksanya. Organisasi dengan budaya K3 yang kuat selalu waspada dan percaya bahwa kondisi yang aman sekalipun dapat bermasalah.Â
8. Pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
Di berbagai tempat kerja, seringkali terlihat para pekerja mengabaikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat menjalankan tugas mereka. Hal ini bisa dilihat dari kurangnya penggunaan helm pengaman, alat pengaman jatuh saat bekerja di ketinggian, ataupun pelindung mata dan wajah saat melakukan pekerjaan las. Beragam alasan melatarbelakangi fenomena ini, seperti ketidakcocokan atau ketidaknyamanan APD, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya APD, keterbatasan waktu, anggapan keliru bahwa diri mereka tidak akan celaka, hingga kelalaian semata. Peran Safety Officer atau pengawas menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan ini. Di samping itu, pihak perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk menyediakan APD yang nyaman dan sesuai dengan kebutuhan, memberikan pelatihan tentang pemilihan dan penggunaan APD yang tepat, memasang rambu K3 APD di area kerja, serta melakukan pengawasan dan menegur tegas para pekerja yang lalai menggunakan APD.
Penutup
Menerapkan gaya hidup sehat dan aman di tempat kerja sangatlah penting untuk menjaga kesehatan, meningkatkan performa kerja, dan mencegah kecelakaan kerja. Bsafe Consultant, Training, and Certification menawarkan berbagai pelatihan K3 untuk membantu Anda dan karyawan Anda memahami dan menerapkan praktik K3 yang baik.
Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pelatihan K3 yang kami sediakan. Kami siap membantu Anda menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bagi semua.
Mari ciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman bersama Bsafe!!